Minggu, 14 Oktober 2012

Manajemen Mutu Dalam Pendidikan


MANAJEMEN MUTU DALAM PENDIDIKAN
Ahmad Rusdi[1]
NIM: O 100 110 001

Abstrak
Persaingan didunia pendidikan maupun di dunia bisnis yang sangat pesat sekali, sehingga  persaingan untuk mencapai puncak sangat ketat. Namun semua itu akan dapat ditempuh dengan cara yang baik, sehingga pada saat ini dibutuhkannya pengaturan yang rapi dan persaingan yan seimbang agar dapat menjadi peserta yang tidak tertinggal jauh dibelakang. Pendidikan adalah usaha sadar yang direncanakan dan terprogram untuk merubah manusia agar mencapai kesejahteraan yang sesungguhnya, sedangkan dalam pendidikan terdapat banyak faktor atau elemen-elemen, yang harus disingkronnkan dan  harus digerakkan, sehingga membutuhkan pengaturan dan penataan secara administrasi atau manajemen. Manajemen pendidikan adalah usaha bersama sekelompok orang-orang yang terencana, terorganisasi, terarah dan terkontrol dengan  baik untuk mencapai tujuan pendidikan, dalam melaksan manajemen pendidikan didalamnya terdapat manajemen mutu, yang dimaksudkan untuk mencegah dan mengurangi resiko terjadinya kesalahan dalam proses produksi dalam arti output sekolah. Manjemen mutu terpadu pendidikan dipahami sebagai suatu proses yang melibatkan pemusatan pada pencapaian kepuasan harapan pelanggan pendidikan, perbaikan terus menerus, pembagian tanggung jawab dengan para pegawai dan pengurangan pekerjaan tersisa dan pengerjaan kembali. Pendidikan yang dijalankan disekolah-sekolah sudah seharusnya menjalankan prinsip-prinsip manajemen mutu dalam pendidikan agar tercapainya tujuan pendidikan yang dicanangkan pemerinta maupun yang diinginkan oleh masyarakat  pada umumnya


A. Pendahuluan
ISO/IWA-2 mendefinisikan produk sebagai ‘education service’ dan pelanggan adalah ‘learner’. Definisi ini sebetulnya terlalu sempit dan membawa implikasi yang tidak menguntungkan dalam penerapan sistem manajemen mutu di beberapa jenis organisasi pendidikan. Definisi yang lebih mengena tentang produk dalam sekolah adalah edukasi: pengetahuan, kemampuan dan nilai-nilai yang tertanam dalam diri siswa. Edukasi adalah output paling akhir dari seluruh mata rantai pendidikan dan merupakan produk utama.[2]
Kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kualitas SDM bangsa tersebut. Kualitas SDM tergantung pada tingkat pendidikan masing-masing individu pembentuk bangsa. Pendidikan yang visioner, memiliki misi yang jelas akan menghasilkan keluaran yang berkualitas. Dari sanalah pentingnya manajemen pendidikan diterapkan. Manajemen pendidikan merupakan hal yang harus diprioritaskan untuk kelangsungan pendidikan, sehingga menghasilkan keluaran yang diinginkan. Kenyataannya, banyak institusi pendidikan yang belum memiliki manajemen yang bagus dalam pengelolaan pendidikannya.
Dalam perkembangannya, manajemen pendidikan memerlukan Good Management Practice untuk pengelolaannya. Tetapi pada prakteknya, ini masih merupakan suatu hal yang elusif. Banyak penyelenggara pendidikan yang beranggapan bahwa hal tersebut bukanlah suatu hal yang penting.[3]
B.  Kajian Jurnal Terdahulu
Saungakang, dalam jurnalnya penelitiannya bahwa dalam rangka meningkatkan mutu sekolah pada era disentralisasi pendidikan, sekolah sebagai institusi mampu mengambil dan menetapkan kebijakan secara otonom, ini berarti pemerintah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada sekolah untuk memberikan layanan yang sebaik-baiknya kepada semua pelanggan sekolah baik yang primer, sekunder maupun yang tersier. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), adalah suatu pendekatan politik yang bertujuan me-redisain pengelolaan sekolah dengan memberikan kewenangan kepada kepala sekolah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat untuk melakukan dan mempertahankan kondisi sekolah yang ada, melakukan  perbaikan semua kinerja sekolah dan meningkatkan kearah yang lebih baik, efektif, efisien, berkualitas, inovatif, relevan, memperhatikan unsur  pemerataan, dan menyempurnakan akses pendidikan. Sedangkan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), dirancang dalam rangka otonomi sekolah yang lebih luas untuk mengelola semua fasilitas dan semua sumber daya yang dimiliki sekolah dengan partisipasi masyarakat yang penuh terfokus  untuk mewujudkan mutu sekolah seperti yang diinginkan. Mutu pendidikan hanya dapat diwujudkan oleh semua komponen pendidikan, mulai dari unsur pimpinan lembaga, tenaga kependidikan, peserta didik, orang tua siswa, masyarakat, dan semua stake holders dengan mengambil peran masing-masing secara aktif dengan menerapkan pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (MMT).[4]
 Ahmad Alqorni, dalam jurnalnya mengatakan bahwa dalam era globalisasi, persaingan dalam bisnis akan sangat ketat baik di dalam negeri maupun di pasar internasional / global. Setiap interprize yang akan tumbuh atau setidaknya servive harus mampu menghasilkan produk dengan kualitas yang lebih baik, harga yang lebih murah, pengiriman cepat dan pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan dibandingkan dengan pesaing. Dalam rangka untuk dapat mencapai ke tujuan di atas, perusahaan harus menerapkan Total Quality Management (TQM) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan terus menerus untuk memuaskan pelanggan.[5]
Theresia Kristianty, dalam jurnalnya mengatakan bahwa ada empat belas butir pemikiran tentang peningkatan mutu suatu organisasi yang diusulkan Deming diharapkan dapat iterapkan dalam upaya peningkatan mutu manajemen pendidikan di Indonesia. Dari keempat belas butir pemikiran Deming tersebut, unsur kepemimpinan merupakan unsur utama.[6]
C.  Fokus Penelitian
Dalam dunia pendidikan dewasa ini sudah tidak asing lagi dengan yang dinamakn manajemen pendidikan yang dulunya istilah manajemen hanya dikenal dalam dunia bisnis. Walaupun sama istilah yang digunakan pasti tetap berbeda karna dipengaruhi oleh beberapa faktor, sehingga Manajemen Mutu Dalam Pendidikan mempunyai bentuk tersendiri.
D. Pembahasan
1.  Pendidika
Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.[7]
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.[8]
Menurut penulis, Pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tentang pendidikan bisa disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang direncanakan dan terprogram untuk merubah manusia untuk mencapai kesejahteraan yang sesungguhnya. Sehingga dalam kehidupan manusia pada hakekatnya sangat membutuhkan yang namanya pendidikan, dikarnakan pendidikan adalah suatu proses yang dilalui seseorang untuk mendapatkan tujuan hidup manusia, sedangkan manusia sendiri pasti mempunyai tujuan yang diinginkan. Karna pendidikan suatu yang terprogram dan direncanakan baik secara formal maupun non formal, maka sudah sepantasnya proses pendidikan itu dimenej dengan baika.
2.  Manajemen Pendidikan
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti “mengendalikan,” terutamanya “mengendalikan kuda” yang berasal dari bahasa latin manus yang berati “tangan”. Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yang berarti “kepemilikan kuda” (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia.
Menurut Mary Parker Follet yg dikutip oleh Handoko (2000:8) manajemen merupakan seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain utk melaksanakan berbagai tugas yg mungkin diperlukan.[9]
Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu :
1.  Manajemen sebagai suatu proses,
2.  Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen,
3.  Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science)
1.  Fungsi Manajemen
Pada umumnya ada empat fungsi manajemen yang banyak dikenal masyarakat yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pengarahan (directing) dan fungsi pengendalian (controlling). Untuk fungsi pengorganisasian terdapat pula fungsi staffing (pembentukan staf).[10]

Manajemen Pendidikan dalam kamus bahasa Belanda-Indonesia disebutkan bahwa istilah manajemen berasal dari “administratie” yang berarti tata-usaha. Dalam pengertian manajemen tersebut, administrasi menunjuk pada pekerjaan tulis-menulis di kantor. Pengertian inilah yang menyebabkan timbulnya contoh-contoh keluhan kelambatan manajemen yang sudah disinggung, karena manajemen dibatasi lingkupnya sebagai pekerjaan tulis-menulis.[11]

Menurut penulis, disimpulkan bahwa manajemen pendidikan adalah usaha bersama sekelompok orang-orang yang terencana, terorganisasi, terarah dan terkontrol dengan  baik, sehingga dalam proses pendidikan dapat mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya.
3.  Manajemen Mutu Dalam Pendidkan
A. Konsep Dasar Manajemen Mutu
Menurut Moefti Wiriadihardja (1987: 30), manajemen adalah mengarahkan/memimpin sesuatu daya usaha melalui perencanaan,pengorganisasian, pengkordinasian dan pengendalian sumber daya manusia dan bahanditujukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukansebelumnya. Sedang Syafaruddin (2005: 42) mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses pengaturan dan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki organisasi melalui kerjasama para anggota untuk mencapai tujuanorganisasi secara efektif dan efisien. Dari dua pengertian di atas, dapat dipahami bahwa manajemen adalah sekelompok orang yang teorganisasi untuk mencapai tujuan.
Sedangkan mutu, secara essensial digunakan untuk menunjukkan kepada suatu ukuran penilaian atau penghargaan yang diberikan atau dikenakan kepada barang (product) dan/atau jasa (service) tertentuberdasarkan pertimbangan obyektif atas bobot dan/atau kinerjanya (AanKomariah dan Cepi Triatna, 2005:9). Jasa/pelayanan atau produk tersebutdikatakan bermutu apabila minimal menyamai bahkan melebihi harapan pelanggan.
Manajemen mutu dimaksudkan untuk mencegah dan mengurangi resikoterjadinya kesalahan dalam proses produksi, agar setiap langkah yangdilaksankan selama proses produksi dapat berjalan dengan baik.
B. Berorientasi pada Kepuasan Pelanggan
Apabila kata mutu digabungkandengan kata pendidikan, berarti menunjuk kepada kualitas product yang dihasilkan lembaga pendidikan atau sekolah. Yaitu dapat diidentifikasi dari banyaknya siswa yang memiliki prestasi, baik prestasi akademik maupun yang lain, serta lulusannya relevan dengan tujuan (Aan Komariahdan Cepi Tiratna, 2005: 8) Jadi pendidikan ialah suatu usaha yang dilakukan seseorang terhadap orang lain untuk mendapatkan prestasi. Jadi, manajemen mutu bukanlah seperangkat peraturan dan ketentuan yang kaku yang harus diikuti, melainkan seperangkat prosedur proses untuk memperbaiki kinerja dan meningkatkan mutu kerja (Mohammad Ali, 2007: 344.
Praktek penyelenggaraan pendidikan dapat dikiyaskan dengan proses produksi dalam sebuah perusahaan (industri). Hanya saja, produkyang dihasilkan lembaga pendidikan dalam bentuk jasa. Oleh karena itu lembaga pendidikan dapat dikatakan sebagai perusahaan jasa.(Mohammad Ali, 2007: 346). Dari prespektif ini, mutu dan kualitaslayanan (jasa) yang dihasilkan merupakan ukuran mutu sebuah lembagapendidikan. Yaitu sejauh mana kepuasaan pelanggan terhadap jasa yang dihasilkan. Menurut Mulyasa, sebagai industri jasa, mutu lembaga pendidikan dapat diukur dari pelayanan yang diberkan oleh pengelola pendidikanbeserta seluruh karyawan kepada para pelanggan sesuai dengan standar mutu tertentu (Mulyasa, 2005: 226), bukan hanya dalam bentuk kualitas lulusannya. Pendidikan yang bermutu tidak dapat hanya dilihat darikualitas lulusannya, tetapi juga mencakup bagaimana lembaga pendidikan mampu memenuhi dan melayani kebutuhan pelanggan sesaui dengan standar mutu yang berlaku. Yang dimaksud pelanggan di sini adalah pelanggan internal, yaitu guru dan tenaga kependidikan lainya, dan pelanggan eksternal yaitu peserta didik dan pihak-pihak terkait di luar lembaga pendidikan tersebut. Dengan demikian, sekolah dikatakan bermutu apabila mampu memberi layanan sesuai atau bahkan melebihi harapan guru, karyawan, peserta didik, dan pihak-pihak lain yang terkait seperti orang tua, penyandang dana, pemerintah atau dunia kerja pengguna lulusan. Untuk memberikan jaminan terahadap mutu dan kualitas, lembaga pendidikan harus mengetahui dengan pasti apa yang dibutuhkan oleh pelanggannya. Lembaga pendidikan hendaknya selalu berupaya mensinergikan berbagai komponen untuk melaksanakan manajemen mutu pendidikan yang dikelolanya agar dapat menjalankan tugas dan fungsi kependidikan. Kerjasama dengan komponen sekolah dimaksudkan untuk melibatkan dan memberdayakan mereka dalam proses organisasi baik dalam pembuatan keputusan mupun pemecahan masalah. Oleh karena itu, pada saat ini telah menggejala hampir di seluruh dunia sebuah cara untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu school based management yang diIndonesia dikenal dengan istilah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).Pada sistem MBS, sekolah dituntut secara mandiri untuk menggali, mengalokasikan, menentukan prioritas, mengendalikan, dan mempertanggungjawabkan pemberdayaan sumber-sumber, baik kepada masyarakat maupun pemerintah (Mulyasa, 2004: 24).
Keberhasilan manajemen mutu dalam dunia pendidikan (sekolah)dapat diukur tingkat kepuasaan pelanggan. Sekolah dapat dikatakanberhasil jika mampu memberikan layanan sesuai harapan pelanggan.Menurut Depdiknas (1999), sebagaimana dikutip Syafaruddin (2005:289), menyebutkan 4 (empat) hal yang merupakan cakupan keberhasilanmanajemen sekolah, yaitu :
1.  Siswa puas dengan layanan sekolah, yaitu dengan pelajaran yangditerima, perlakuan guru, pimpinan, puas dengan fasilitas yangdisediakan sekolah atau siswa menikmati situasi sekolah dengan baik
2.  Orang tua siswa merasa puas dengan layanan terhadap anaknya,layanan yang diterimanya dengan laporan tentang perkembangankemajuan belajar anaknya dan program yang dijalankan sekolah
3.  Pihak pemakai lulusan puas karena menerima lulusan dengan kualitastinggi dan sesuai harapan, dan
4.  Guru dan karyawan puas dengan layanan sekolah, dalam bentukpembagian kerja, hubungan dan komunikasi antar guru/pimpinan,karyawan, gaji/honor yang diterima dan pelayanan.[12]
E.  TQM Dalam Pendidikan
Manajemen Mutu Terpadu yang diterjemahkan dari Total Quality Management (TQM) atau disebut pula Pengelola Mutu Total (PMT) adalah suatu pendekatan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu komponen terkait. M. Jusuf Hanafiah mendefinisikan :
Pengelolaan Mutu Total (PMT) adalah suatu pendekatan yang sistematis, praktis, dan strategis dalam menyelenggarakan suatu organisasi, yang mengutamakan kepentingan pelanggan. Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengendalikan mutu. (M. Jusuf Hanafiah, dkk ; 1994 : 2)
1.  Komponen Mutu Pendidikan
Komponen yang terkait dengan mutu pendidikan yang termuat dalam buku Panduan Manajemen Sekolah (2000, 191) adalah 1) Siswa : kesiapan dan motivasi belajar, 2) guru : kemampuan profesional, moral kerjanya (kemampuan personal), dan kerjasamanya (kemampuan sosial), 3) Kurikulum : relevanasi konten dan operasionalisasi proses pembelajarannya, 4) dan sarana dan prasarana : kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses pembelajaran, 5) Masyarakat (orang tua, pengguna lulusan, dan perguruan tinggi) : partisipasinya dalam pengembangan program-program pendidikan sekolah. Mutu komponen-komponen tersebut di atas menjadi fokus perhatian kepala sekolah.
Sebagai unit layanan jasa, maka yang dilayani sekolah (pelanggan sekolah) adalah 1) pelanggan internal : guru, pustakawan, laboran, teknisi dan tenaga administrasi, 2) Pelanggan eksternal terdiri atas : pelanggan primer (siswa), pelanggan sekunder (orang tua, pemerintah dan masyarakat), pelanggan tertier (pemakai, penerima lulusan baik di perguruan tinggi maupun di dunia usaha)
2.  Teknik Peningkatan Mutu
Adapun penyusunan program peningkatan mutu dengan mengaplikasikan empat teknik ; school riview, benchmarking, quality assurance, dan quality control.
a.  School review merupakan suatu proses dimana seluruh komponen sekolah bekerja sama khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional (ahli) untuk mengevaluasi dan menilai efektifitas sekolah, serta mutu lulusan. School review akan menghasilkan rumusan tentang kelemahan-kelemahan, kelebihan-kelebihan dan prestasi siswa, serta rekomondasi untuk pengembangan program tahun mendatang.
b.  Benchmarking merupakan suatu kegiatan untuk menetapkan standar dan target yang akan dicapai suatu periode tertentu, harus mampu menjawab. Seberapa baik kondisi kita ?, harus menjadi seberapa baik ?, dan bagaimana cara untuk mencapai yang baik tersebut ?
c.  Quality assurance merupakan suatu teknik untuk menentukan bahwa proses pendidikan telah berlangsung sebagaimana seharusnya. Dengan teknik ini akan dapat dideteksi adanya penyimpangan yang terjadi pada proses. Teknik menekankan pada monitring yang berkesinambungan. Quality assurance akan menghasilkan informasi, yang  merupakan umpan balik bagi sekolah dan memberikan jaminan bagi orang tua siswa bahwa sekolah senantiasa memberikan pelayanan terbaik bagi siswa.
d.  Quality control merupakan suatu sistem untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas output yang tidak sesuai dengan standar quality control memerlukan indikator kualitas yang jelas dan pasti, sehingga dapat ditentukan penyimpangan kualitas yang terjadi.
Dalam aplikasinya, istilah mutu terpadu terhadap disebut pula Total Quality Education (TQE). Dalam konteks aplikasi konsep manajemen mutu terpadu pendidikan ditegaskan Edward Sallis bahwa : ”Total Quality Management is a philosophy improvement, which can provide any educational institution with a set of practical tools for meeting and exceeding present and future customers need, wants and expectation”. (Edward Sallis 1994 : 14). Definisi tersebut menjelaskan manajemen mutu terpadu menekankan pada dua konsep utama. Pertama, sebagai suatu filosofi dari perbaikan terus menerus (continous improvement) dan kedua, berhubungan dengan alat-alat dan teknik seperti ”brainstorming” dan ”force field analysis” (analisis kekuatan tindakan manajemen untuk mencapai kebutuhan dan harapan pelanggan). Berarti manajemen mutu dalam pendidikan dapat saja disebutkan ”mengutamakan pelajar” atau ”program perbaikan sekolah” yang mungkin dilakukan secara lebih kreatif dan konstruktif. Penekanan yang paling penting bahwa mutu terpadu dalam programnya dapat mengubah kultur sekolah. Para pelajar dan orang tuanya menjadi tertarik terhadap perubahan yang ditimbulkan manajemen mutu terpadu melalui berbagai program perbaikan mutu.
Aplikasi TQM dalam satuan pendidikan dapat pula disebut Total Quality School (TQS) sebagaimana Arcaro (1995) yang dikutip Jalal dan Supriyadi (2001) dengan lima pilar, yaitu :
a.  fokus kepada pelanggan baik internal maupun eksternal,
b.  adanya keterlibatan total,
c.  adanya ukuran baku mutu lulusan sekolah
d.  adanya komitmen dan
e.  adanya perbaikan yang berkelanjutan.
Pendapat lain tentang mutu terpadu dalam pendidikan oleh Franklin P Schargel (1994 : 2) menegaskan bahwa :
Total Quality Education is a process which involves focussing on meeting and exxceding customer expections, continous improvement sharing responsibilities with employers, and reducting scrap and rework”. (Franklin P. Schargel 1994 : 2)
Dalam hal ini, mutu terpadu pendidikan dipahami sebagai suatu proses yang melibatkan pemusatan pada pencapaian kepuasan harapan pelanggan pendidikan, perbaikan terus menerus, pembagian tanggung jawab dengan para pegawai dan pengurangan pekerjaan tersisa dan pengerjaan kembali (ulang).[13]
Penulis berpendapat bahwa manajemen mutu dalam pendidikan adalah sebuah regulasi penjaminan mutu kependidikan yang akan dihasilkan dari proses pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan pelkanggan pendidikan, dalam halini adalah wali murid, masyarakat dan negara.




F.  Penutup
1.  Kesimpulan
a.  Pendidikan adalah usaha sadar yang direncanakan dan terprogram untuk merubah manusia untuk mencapai kesejahteraan yang sesungguhnya.
b.  Manajemen pendidikan adalah usaha bersama sekelompok orang-orang yang terencana, terorganisasi, terarah dan terkontrol dengan  baik.
c.  Manajemen mutu dimaksudkan untuk mencegah dan mengurangi resikoterjadinya kesalahan dalam proses produksi.
d.  Mutu terpadu pendidikan dipahami sebagai suatu proses yang melibatkan pemusatan pada pencapaian kepuasan harapan pelanggan pendidikan, perbaikan terus menerus, pembagian tanggung jawab dengan para pegawai dan pengurangan pekerjaan tersisa dan pengerjaan kembali.












G. Daftar Pustaka
Akdon, 2004, Pengembangan Sekolah  di Era Desentralisasi Otonomi Daerah, Mutiara Ilmu, Bandung.
Fattah, 2003, Konsep Managemen Berbasis Sekolah dan Dewan sekolah, Pustaka Bani Quraisy, Bandung.

Sallis, 2006, Total Quality Management in Education: Manajemen Mutu Pendidikan:Alih Bahasa oleh Ahmad Ali Riyadi, Ircisod, Yogyakarta.

Umaedi, 2000, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Dirjen Dikdasmen, Depdiknas, Jakarta.

Suardi, Rudi (2001) Sistem manajemen mutu ISO 9000:2000 penerapannya untuk
mencapai TQM. Jakarta: PPM.

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. (1995). Total quality management (TQM).
Yokyakarta: Andi Offset.

Winarta, Frans Hendra. (2000). Fit and proper test yang ideal. Harian Suara Pembaharuan. Edisi Jum’at, 14 Juli 2001.



http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/28/manajemen-pendidikan-di-indonesia/ Diakses pada tanggal 8 Oktober 2012 jam 15:18 WIB       


http://jurnal.undaris.ac.id/index.php/fkip/article/view/20 Diakses pada tanggal 8 Oktober 20 12 Jam 16:36

http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/ Diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 jam 18:22 WIB

http://www.slideshare.net/smpbudiagung/undang-undang-no-20-tahun-2003 Diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 jam 18:25 WIB

http://blog.re.or.id/definisi-manajemen.htm diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 pada jam 18:49 WIB.

http://fachruramadhan.blogspot.com/2012/04/pengertian-manajemen-dan-fungsinya.html diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 pada jam 18:47 WIB.

http://belajarpsikologi.com/pengertian-manajemen-pendidikan/ diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 pada jam 18:54 WIB.
http://www.slideshare.net/anannur/manajemen-mutu-dalam-pendidikan diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 Jam 19:11 WIB.
http://blog.tp.ac.id/media-teknologi-dan-pembelajaran Dsiakses pada tanggal 8 September 2012  jam 14:18 WIB.



[1] Mahasiswa Proggram Manajemen Pendidikan Islam, Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.
[3] http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/28/manajemen-pendidikan-di-indonesia/ Diakses pada tanggal 8 Oktober 2012 jam 15:18 WIB
                                                           
[6] http://jurnal.undaris.ac.id/index.php/fkip/article/view/20 Diakses pada tanggal 8 Oktober 20        12 Jam 16:36
[7] http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/ Diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 jam 18:22 WIB
[8] http://www.slideshare.net/smpbudiagung/undang-undang-no-20-tahun-2003 Diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 jam 18:25 WIB
[9] http://blog.re.or.id/definisi-manajemen.htm diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 pada jam 18:49 WIB.
[10] http://fachruramadhan.blogspot.com/2012/04/pengertian-manajemen-dan-fungsinya.html diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 pada jam 18:47 WIB.
[11] http://belajarpsikologi.com/pengertian-manajemen-pendidikan/ diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 pada jam 18:54 WIB.
[12] http://www.slideshare.net/anannur/manajemen-mutu-dalam-pendidikan diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 Jam 19:11 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar